Sabtu, 28 Januari 2012

ILS ( instrument landing system






TUGAS KEDIRGANTARAAN



BANDARA DAN SISTEM LANDING


DISUSUN OLEH
HADI M.SYAHID
www.ilmuterbang.com





Top of Form


10 Landasan Pacu Terpanjang di Dunia

November 7th, 2010
WhandiDotNet0Comments

Landasan pacu adalah salah satu unsur paling penting dalam dunia penerbangan pesawat. Karena selain sebagai pijakan roda pesawat sebelum lepas landas, landasan pacu juga berfungsi sebagai area keamanan lintasan pesawat. jadi boleh dibilang jika semakin panjang landasan pacu, maka semakin kecil presentasi terjadinya kecelakaan pesawat.

Dan tentu saja masih berhubungan dengan landasan pacu, Di post kali ini, saya akan memberikan daftar 10 landasan pacu terpanjang di dunia, daftar penguruntan landsan pacu terpanjang ini didasarkan pada panjang landsasan pacu dimulai dari titik landasan, dan bukan dari titik bandara, jadi yang dihitung panjangnya hanya landasan panjang areal landasan pacunya saja (area pengangkutan dan area tunggu tingga termasuk).

Berikut adalah daftar 10 Landasan pacu terpanjang di Dunia:

10. Landasan pacu N’Djili Airport, Kongo (4500 meter)

9. Landasan pacu Harare International Airport, Zimbabwe (4725 meter)

8. Landasan pacu Madrid-Torrejón Airport, Spanyol (4818 meter)

7. New Doha International Airport, Qatar (4850 meter)

6. Denver International Airport, Amerika serikat (4877 meter)

5. Upington Airport, Afrika selatan (4900 meter)

4. Embraer Unidade Gavião Peixoto Airport, Brazil (4967 meter)

3. Ulyanovsk Vostochny Airport, Rusia (5000 meter)

2. Ramenskoye Airport, Rusia (5403 meter)

1. Qamdo Bangda Airport, China (5500 meter)

sumber: http://serba-sepuluh.blogspot.com/2010/07/daftar-10-landasan-pacu-terpanjang-di.ht


Instrument Landing System
Fasilitas Bantu Pendaratan
Fasilitas Bantu Pendaratan, adalah salah satu prasarana penujang operasi bandara, dan dibagi menjadi dua kelompok peralatan, yaitu :
  • Alat Bantu Pendaratan Instrumen/ILS (Instrument Landing System)
  • Alat Bantu Pendaratan Visual/AFL (Airfield Lighting System)
1. Alat Bantu Pendaratan Instrument terdiri dari :
  • A. Instrument Landing Syatem / ILS
    adalah alat bantu pendaratan instrumen (non visual) yang digunakan untuk membantu penerbang dalam melakukan prosedur pendekatan dan pendaratan pesawat di suatu bandara. Peralatan ILS terdiri atas 3(tiga) subsistem :
·          
    • a. Localizer,
yaitu pemancar yang memberikan sinyal pemandu azimuth, mengenai kelurusan pesawat terhadap garis tengah landasan pacu, beroperasi pada daerah frekuensi 108 MHz hingga 111,975 MHz
    • b. Glide Slope,yaitu pemancar yang memberikan sinyal pemandu sudut luncur pendaratan, bekerja pada frekuensi UHF antara 328,6 MHz hingga 335,4 MHz.
    • c. Marker Beacon,
yaitu pemancar yang menginformasikan sisa jarak pesawat terhadap titik pendaratan. dioperasikan pada frekuensi 75 Hz. Marker Beacon terdiri dari 3 buah, yaitu :
      • Outer Marker (OM)
terletak 3,5 - 6 nautical miles dari landasan pacu. Outer Marker dimodulasikan dengan sinyal 400 Hz.
      • Middle Marker (MM)
terletak 1050 ± 150 meter dari landasan pacu dan dimodulasikan dengan frekuensi 1300 Hz.
      • Inner Marker (IM)
terletak 75 – 450 meter dari landasan pacu dan dimodulasikan dengan sinyal 3000 Hz.
Di Indonesia tidak di pasang IM mengingat ILS dioperasikan dengan kategori I.
  • B. Runway Visual Range (RVR)
adalah suatu sistem/alat yang digunakan untuk memperoleh informasi meteorologi (cuaca) yaitu jarak tembus pandang (visibility) di sekitar runway
2. Airfield Lighting System (AFL)
adalah alat bantu pendaratan visual yang berfungsi membantu dan melayani pesawat terbang selama tinggal landas, mendarat dan melakukan taxi agar dapat bergerak secara efisien dan aman.
Airfield Lighting System (AFL) meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut :
  • a. Runway edge light,
yaitu rambu penerangan landasan pacu, terdiri dari lampu-lampu yang dipasang pada jarak tertentu di tepi kiri dan kanan landasan pacu untuk memberi tuntunan kepada penerbang pada pendaratan dan tinggal landas pesawat terbang disiang hari pada cuaca buruk, atau pada malam hari.
  • b. Threshold light,
yaitu rambu penerangan yang berfungsi sebagai penunjuk ambang batas landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan jarak tertentu memancarkan cahaya hijau jika dilihat oleh penerbang pada arah pendaratan.
  • c. Runway end light,
yaitu rambu penerangan sebagai alat bantu untuk menunjukan batas akhir/ujung landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan memancarkan cahaya merah apabila dilihat oleh penerbang yang akan tinggal landas.
  • d. Taxiway light,
yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu memancarkan cahaya biru yang dipasang pada tepi kiri dan kanan taxiway pada jarak-jarak tertentu dan berfungsi memandu penerbang untuk mengemudikan pesawat terbangnya dari landasan pacu ke dan atau dari tempat parkir pesawat.
  • e. Flood light,
yaitu rambu penerangan untuk menerangi tempat parkir pesawat terbang diwaktu siang hari pada cuaca buruk atau malam hari pada saat ada pesawat terbang yang menginap atau parkir.
  • f. Approach light,
yaitu rambu penerangan untuk pendekatan yang dipasang pada perpanjangan landasan pacu berfungsi sebagai petunjuk kepada penerbang tentang posisi, arah pendaratan dan jarak terhadap ambang landasan pada saat pendaratan.
  • g. PAPI (Precision Approach Path Indicator) dan VASIS (Visual Approach Slope Indicator System),
yaitu rambu penerangan yang memancarkan cahaya untuk memberi informasi kepada penerbangan mengenai sudut luncur yang benar, dan memandu penerbang melakukan pendekatan menuju titik pendaratan pada daerah touch down.
  • h. Rotating Beacon,
yaitu rambu penerangan petunjuk lokasi bandar udara, terdiri dari 2 (dua) sumber cahaya bertolak belakang yang dipasang pada as yang dapat berputar, sehingga dapat memancarkan cahaya berputar dengan warna hijau dan putih pada umumnya Rotating Beacon dipasang diatas tower.
  • i. Turning area light,
yaitu rambu penerangan untuk memberi tanda bahwa didaerah ini terdapat tempat pemutaran pesawat terbang.
  • j. Apron Light,
yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu yang memancarkan cahaya merah yang dipasang di tepi Apron untuk memberi tanda batas pinggir Apron.

k. Sequence Flashing Light (SQFL),
yaitu lampu penerangan berkedip berurutan pada arah pendekatan. SQFL dipasang pada Bar 1 s/d Bar 21 Approach Light System.
  • l. Traffic Light,
yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk pengaturan kendaraan umum yang dikhawatrikan akan dapat menyebabkan gangguan terhadap pesawat terbang yang sedang mendarat.
  • m. Obstruction Light,
yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk menunjukan ketinggian suatu bangunan yang dapat menyebabkan gangguan/rintangan pada penerbangan.
  • n. Wind Cone,
yaitu rambu penerangan menunjukan arah angin bagi pendaratan atau lepas landas suatu pesawat terbang
















FASILITAS PELAYANAN PESAWAT UDARA


LANDASAN PACU
Berukuran 45 M x 3.000 M dengan konstruksi perkerasan beton dan aspal, PCN 83/F/C/X/T, dapat digunakan pesawat kelas B 747-400 untuk menempuh jarak setara Denpasar - Tokyo tanpa pembatasan beban.

FASILITAS SISI UDARA

 •  Aerodome Refference Code : 4E
 • Runway Operation Category : Cat I
 • Dimensi Runway : (3.000 x 45) M
 • Runway Strip : (3.120 x 300) M
 • Taxiway


Perpendicular : 5

Dimensi : 3 x (148,5 x 23) M (600 x 23) M (600 x 23) M

Rapid Exit : 2

Dimensi : 2 x (237,62 x 23) M
 • Apron


F1 : 9   ( F1 = B-747, A-300, A-330, A-340, B-777)

F2 : 4   ( F2 = DC-10, A-310, A-320, A-319, MD-11, B-767)

F3 : 25 ( F3 = B-737, DC-9, Fokker-100, MD-82, MD-90)

F4 : -   ( F4 = Fokker-50, Fokker-28, Fokker 27, Cassa-212, ATR-42, ATR-72)

Luas Apron : 269.367 M²
 • Apron Cargo : Gabungan dengan pesawat penumpang
 • Fire Fighting Category : Cat – IX
 • Helipad : 675 M²
 • Lahan GSE : 24.490 M²

FASILITAS SISI DARAT

 • Terminal Penumpang Internasional : 65.898,5 M²
 • Terminal Penumpang Domestik : 14.791,86 M²
 • Parkir Kendaraan : 51.348  M² 
 • VIP I : 633 M²
 • VIP II : 400 M²
 • Cargo International Area : 3.708 M²
 • Cargo Domestik Area : 2.574 M²
 • Inflight Catering : 5.720 M² (PT. Angkasa Citra Sarana / ACS)
 • Inflight Catering II : 3.040 M² (PT. Jasapura Angkasa Boga)
 • Aircraft Refueling Capacity : (PT. Pertamina (Persero))

3 Buah Tangki Pendam : 6.481.000 liter

3 Buah Tangki Pendam : 13.528.000 liter
 • Fasilitas Search&Rescue (SAR) : Tersedia
 • Trolley : Tersedia
LANDASAN - TAXI
Beberapa “landasan - taxi – keluar” dan “landasan - taxi - sejajar” dengan konstruksi aspal dan beton meningkatkan kapasitas landasan pacu.
PELATARAN PARKIR PESAWAT
Kapasitas Pelataran Parkir Pesawat adalah 7 posisi pesawat kelas B 747-400,6 posisi pesawat kelas A 320, dan 25 posisi untuk kelas B 737, (dalam waktu bersamaan).
HELIPAD
Untuk pendaratan helikopter, tersedia tiga buah helipad.

PENAHAN JET BLAST
Alat perlindungan terhadap jet blast pesawat udara, terletak di parking stand 01.
DEPOT PENGISIAN BAHAN BAKAR PESAWAT UDARA (DPPU)
Tersedia fasilitas DPPU dengan kapasitas simpan 6.540 kiloliter yang dioperasikan oleh Pertamina untuk pelayanan pengisian BBM bagi pesawat udara, baik dengan menggunakan hidran maupun kendaraan tanki, jenis bahan bakar avtur dan avigas.

UNIT PERTOLONGAN KECELAKAAN
Tersedia Unit Pertolongan Kecelakaan Penerbangan & Pemadam Kebakaran (PKP&PK) dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan Katagori 9 menurut persyaratan ICAO.
JASA BOGA
Pelayanan jasa boga untuk keperluan penerbangan, tersedia dengan kapasitas 10.000 makanan perhari, dikelola oleh Aerowisata Catering Service.
INSTANSI PENDUKUNG OPERASIONAL BANDARA
- Bea Cukai
   Kantor Pelayanan : 5.648 M2
   Kantor wilayah      : 4.087 M2
- Kantor Imigrasi      : 2.681 M2
- Balai Karantina Ikan : 397 M2
- Balai Karantina Tumbuhan : 637 M2
- Balai Karantina Hewan : di Gedung GOI
- KP3U : di Gedung GOI
- Kantor Kesehatan Pelabuhan : 2.112 M2
- Kantor Pos



Ditulis oleh hubud.dephub.go.id   
Minggu, 21 Desember 2008 10:06
Fasilitas Bantu Pendaratan, adalah salah satu prasarana penunjang operasi bandara, dan dibagi menjadi dua kelompok peralatan, yaitu :

1.   Alat Bantu Pendaratan Instrumen/ILS (Instrument Landing System)

2.   Alat Bantu Pendaratan Visual/AFL (Airfield Lighting System)



1.   Alat Bantu Pendaratan Instrument terdiri dari :

A. Instrument Landing System / ILS adalah alat bantu pendaratan instrumen (non visual) yang digunakan untuk membantu penerbang dalam melakukan prosedur pendekatan dan pendaratan pesawat di suatu bandara.

Peralatan ILS terdiri atas 3(tiga) subsistem :

           a.      Localizer, yaitu pemancar yang memberikan sinyal pemandu azimuth, mengenai kelurusan pesawat terhadap garis tengah landasan pacu, beroperasi pada daerah frekuensi 108 MHz hingga 111,975 MHz

           b.      Glide Slope, yaitu pemancar yang memberikan sinyal pemandu sudut luncur pendaratan, bekerja pada frekuensi UHF antara 328,6 MHz hingga 335,4 MHz.

           c.      Marker Beacon, yaitu pemancar yang menginformasikan sisa jarak pesawat terhadap titik pendaratan. dioperasikan pada frekuensi 75 Hz.

                   Marker Beacon terdiri dari 3 buah, yaitu :

·         Outer Marker (OM) terletak 3,5 - 6 nautical miles dari landasan pacu. Outer Marker dimodulasikan dengan sinyal 400 Hz.

·         Middle Marker (MM) terletak 1050 ± 150 meter dari landasan pacu dan dimodulasikan dengan frekuensi 1300 Hz.

·         Inner Marker (IM) terletak 75 – 450 meter dari landasan pacu dan dimodulasikan dengan sinyal 3000 Hz. Di Indonesia tidak di pasang IM mengingat ILS dioperasikan dengan kategori I.



B. Runway Visual Range (RVR) adalah suatu sistem/alat yang digunakan untuk memperoleh informasi meteorologi (cuaca) yaitu jarak tembus pandang (visibility) di sekitar runway



 ----------------------------------------

2.     Airfield Lighting System (AFL)
adalah alat bantu pendaratan visual yang berfungsi membantu dan melayani pesawat terbang selama tinggal landas, mendarat dan melakukan taxi agar dapat bergerak secara efisien dan aman.

Airfield Lighting System (AFL) meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut :

a.            Runway edge light, yaitu rambu penerangan landasan pacu, terdiri dari lampu-lampu yang dipasang pada jarak tertentu di tepi kiri dan kanan landasan pacu untuk memberi tuntunan kepada penerbang pada pendaratan dan tinggal landas pesawat terbang disiang hari pada cuaca buruk, atau pada malam hari.

b.            Threshold light, yaitu rambu penerangan yang berfungsi sebagai penunjuk ambang batas landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan jarak tertentu memancarkan cahaya hijau jika dilihat oleh penerbang pada arah pendaratan.

c.            Runway end light, yaitu rambu penerangan sebagai alat bantu untuk menunjukan batas akhir/ujung landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan memancarkan cahaya merah apabila dilihat oleh penerbang yang akan tinggal landas.

d.            Taxiway light, yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu memancarkan cahaya biru yang dipasang pada tepi kiri dan kanan taxiway pada jarak-jarak tertentu dan berfungsi memandu penerbang untuk mengemudikan pesawat terbangnya dari landasan pacu ke dan atau dari tempat parkir pesawat.

e.            Flood light, yaitu rambu penerangan untuk menerangi tempat parkir pesawat terbang diwaktu siang hari pada cuaca buruk atau malam hari pada saat ada pesawat terbang yang menginap atau parkir.

f.             Approach light, yaitu rambu penerangan untuk pendekatan yang dipasang pada perpanjangan landasan pacu berfungsi sebagai petunjuk kepada penerbang tentang posisi, arah pendaratan dan jarak terhadap ambang landasan pada saat pendaratan.

g.            PAPI (Precision Approach Path Indicator) dan VASIS (Visual Approach Slope Indicator System), yaitu rambu penerangan yang memancarkan cahaya untuk memberi informasi kepada penerbangan mengenai sudut luncur yang benar, dan memandu penerbang melakukan pendekatan menuju titik pendaratan pada daerah touch down.

h.            Rotating Beacon, yaitu rambu penerangan petunjuk lokasi bandar udara, terdiri dari 2 (dua) sumber cahaya bertolak belakang yang dipasang pada as yang dapat berputar, sehingga dapat memancarkan cahaya berputar dengan warna hijau dan putih pada umumnya Rotating Beacon dipasang diatas tower.

i.              Turning area light, yaitu rambu penerangan untuk memberi tanda bahwa didaerah ini terdapat tempat pemutaran pesawat terbang.

j.              Apron Light, yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu yang memancarkan cahaya merah yang dipasang di tepi Apron untuk memberi tanda batas pinggir Apron.

k.            Sequence Flashing Light (SQFL), yaitu lampu penerangan berkedip berurutan pada arah pendekatan. SQFL dipasang pada Bar 1 s/d Bar 21 Approach Light System.

l.              Traffic Light, yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk pengaturan kendaraan umum yang dikhawatrikan akan dapat menyebabkan gangguan terhadap pesawat terbang yang sedang mendarat.

m.          Obstruction Light, yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk menunjukan ketinggian suatu bangunan yang dapat menyebabkan gangguan/rintangan pada penerbangan.

n.            Wind Cone, yaitu rambu penerangan menunjukan arah angin bagi pendaratan atau lepas landas suatu pesawat terbang.





Ditulis oleh Admin   
Minggu, 21 Desember 2008 04:24
dari: http://hubud.dephub.go.id
Fasilitas Komunikasi Penerbangan dapat dikelompokkan atas 2 ( dua ) kelompok, yaitu :
1.  Peralatan Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan (Aeronautical Fixed Services / AFS).
2.  Peralatan   Komunikasi   Lalu   Lintas  Penerbangan  (Aeronautical Mobile Services / AMS). 

1.  Peralatan Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan (AFS)
Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan, yaitu hubungan / komunikasi antara tempat-tempat yang tetap dan tertentu (point-to-point). Peralatan-peralatan yang digunakan adalah :
a.   Automatic Message Switching Centre (AMSC)
Sarana komunikasi teleprinter antar unit-unit ATS (point to point) dengan memakai sistem transmisi satelit (VSAT), dimana berfungsi sebagai pengontrol berita.
b.   Teleprinter Machine
Peralatan komunikasi yang digunakan untuk mengirim dan menerima berita-berita penerbangan dalam bentuk berita tertulis, dimana peralatan ini terhubung dengan suatu jaringan yang mencakup seluruh dunia yang ditetapkan  berdasarkan ketentuan ICAO (Aeronautical Fixed Telecommunication Network / AFTN).
c.   HF SSB Transceiver
Peralatan komunikasi yang digunakan untuk melakukan pertukaran berita penerbangan melalui suara (untuk koordinasi antar unit-unit ATS / Air Traffic Services), dalam bentuk Single Side Band.
d.   Very Small Aperture Terminal (VSAT).
Fasilitas transmisi dimana pemancar dan penerimanya pada  frekuensi yang berbeda sehingga komunikasi dapat berlangsung secara full duplex dengan menggunakan media satelit.
e.   Radio Link
Suatu pemancar dan penerima dengan  frekuensi yang berbeda sehingga komunikasi dapat berlangsung secara full duplex. Dalam system Transmisi  dengan Radio Link, data awal dirubah oleh suatu interface / modem kemudian dimodulasikan ke pemancar dan oleh penerima diproses sebaliknya.
f.    Direct Speech
Peralatan komunikasi yang digunakan untuk melakukan pertukaran berita secara langsung khusus untuk koordinasi antar unit – unit Air Traffic Services (ATS).
g.   ATS Message Handling System (AMHS)
Sistem di dalam ATN yang digunakan untuk menggantikan AFTN (suatu struktur jaringan hubungan komunikasi seluruh dunia yang ditetapkan berdasarkan ketentuan ICAO (Annex 10, Volume II), dimana berita secara tertulis (printed) disimpan dan disalurkan dengan menggunakan prosedur yang berorientasi pada karakter) dalam melakukan pertukaran berita-berita penerbangan.
h.   ATN System (Ground – Ground)
Jaringan global yang menyediakan komunikasi digital untuk sistem automasi yang mencakup Air Traffic Service Communication (ATSC), Aeronautical Operational Control (AOC), Aeronautical Administrative Communication (AAC) dan Aeronautical Passenger Communication (APC).
i.    HF Data Link
Untuk komunikasi darat - udara, digunakan di daerah oceanic dan ruang udara dengan lalu lintas sedikit. Kombinasi penggunaan HF Data Link dengan AMSC akan meningkatkan availabilitas (karena dual redundant).

2.  Peralatan Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan (AMS)
Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan, yaitu hubungan / komunikasi timbal balik antara pesawat udara dengan unit – unit ATS di darat.  Peralatan – peralatan yang digunakan adalah :
a.  High Frequency Air/Ground Communication (HF A/G)
Peralatan tranceiver (pemancar dan penerima) yang digunakan untuk komunikasi antara pilot (pesawat udara) dengan unit – unit ATS (FSS, FIC) dalam bentuk suara yang bekerja pada frekuensi HF.  Ditujukan  untuk  melayani suatu daerah tertentu yang dibagi atas 2 ( dua ) wilayah, yaitu :
1)        RDARA  ( Regional and Domestic Air Route Area ), untuk pelayanan penerbangan domestik, dengan menggunakan pemancar sebesar 1 KW atau lebih kecil.
2)        MWARA  ( Major World Air Route Area ), untuk pelayanan penerbangan International, dengan menggunakan pemancar sebesar 3 – 5 KW.

b.      VHF A/G (AFIS, ADC, APP)
Peralatan tranceiver (pemancar dan penerima) yang digunakan untuk komunikasi antara pilot (pesawat udara) dengan pemandu lalu lintas udara (unit ATS) dalam bentuk suara yang bekerja pada frekuensi VHF. 
c.      VHF -  ER (ACC)
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan ACC yang mempunyai wilayah tanggung jawab  yang sangat luas, maka  dibeberapa tempat dipasang peralatan VHF- Extended Range (VHF-ER). Pemancar penerima serta tiang antenna VHF yang sangat tinggi ditempatkan  di daerah pegunungan atau di daerah dataran tinggi. Selanjutnya dibangun stasiun radio  untuk  penempatan peralatan dimaksud, sehingga dapat menjangkau daerah yang sangat luas sesuai kebutuhan.
d.      ATIS
Fasilitas di bandara – bandara yang broadcast (secara terus – menerus menyiarkan) informasi – informasi penting  seperti cuaca, R/W in use & terminal area. Rekaman informasi yang dibroadcast secara terus menerus (30 menit sekali di upgrade) ini membantu untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban kerja ATC dengan repetitive transmisi untuk informasi penting secara rutin.
e.      VSCS
Mengorganisir semua komunikasi yang berhubungan dengan tugas ATC menggunakan tombol simulasi pada layar sentuh.
f.        Recorder
Perangkat perekam yang  dihubungkan  dengan seluruh perangkat komunikasi yang ada, sehingga proses pengendalian penerbangan yang dilaksanakan oleh petugas LLU selalu ada bukti jika suatu saat diperlukan.
g.      VHF Data Link
Atau disebut VDL, menggunakan protokol Bit Oriented dan memakai model referensi OSI (Open Systems Interconnection), dirancang sebagai subnetwork dari ATN untuk komunikasi digital aeronautika guna kebutuhan Air Traffic Service / ATS dan Airline Operation Centre / AOC.
h.      Mode S
Format Mode S tersedia 24 bit untuk menyatakan alamat dari pemakai. Berarti dengan kombinasi 24 bit tersebut dapat melayani 16.777.216 pemakai. Sehingga diharapkan dapat memberikan system surveillance untuk terminal area dan ruang udara kontinental yang sangat padat.
i.        ATN System
Adalah jaringan global yang menyediakan komunikasi digital untuk  memenuhi kebutuhan telekomunikasi yang bertambah dari pelayanan komunikasi air traffic, kontrol operasi penerbangan dan komunikasi adminitrasi penerbangan

Ditulis oleh Admin   
Minggu, 21 Desember 2008 04:02
dari: http://hubud.dephub.go.id/

Fasilitas Navigasi dan Pengamatan, adalah salah satu prasarana penunjang operasi bandara, dibagi menjadi dua kelompok peralatan, yaitu :

     1.  Pengamatan Penerbangan

     2.  Rambu Udara Radio

1. Peralatan Pengamatan Penerbangan

          Peralatan pengamatan penerbangan terdiri dari :

    a.      Primary Surveillance Radar (PSR) PSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnya secara pasif, dimana pesawat tidak ikut aktif jika terkena pancaran sinyal RF radar primer. Pancaran tersebut dipantulkan oleh badan pesawat dan dapat diterima di sistem penerima radar.

    b.      Secondary Surveillance Radar (SSR) SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnya secara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima pancaran sinyal RF radar sekunder. Pancaran radar ini berupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi transponder, akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupa pulsa-pulsa code ke sistem penerima radar.

    c.      Air Traffic Control Automation (ATC Automation) terdiri dari RDPS, FDPS, ADS-B Processing dan ADS-C Processing.

    d.      Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) dan Automatic Dependent Surveillance Contract (ADS-C) merupakan teknologi pengamatan yang menggunakan pemancaran informasi posisi oleh pesawat sebagai dasar pengamatan.

    e.      Airport Survace Movement Ground Control System (ASMGCS)

    f.       Multilateration

    g.      Global Navigation Satellite System





2.     Peralatan Rambu Udara Radio

Peralatan Rambu Udara Radio, yaitu Peralatan navigasi udara yang berfungsii memberikan signal informasi berupa Bearing ( arah ) dan jarak pesawat terhadap Ground Stastion peralatan dan memberikan informasi berupa IDENT.

    a.        Non Directional Beacon (NDB)

    Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi rendah (low frequency) dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau diluar lingkungan Bandar udara sesuai fungsi.

    b.        VHF Omnidirectional Range (VOR)

    Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi radio dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau di luar lingkungan Bandar udar sesuai fungsinya.

    c.        Distance Measuring Equipment (DME)

    Alat Bantu navigasi penerbangan yang berfungsi untuk memberikan panduan/imformasi jarak bagi pesawat udara dengan stasiun DME yang dituju (Stant range distance).

    Penempatan DME pada umumnya berpasangan (collocated) dengan VOR atau Glide Path ILS yang ditempatkan di dalam atau diluar lingkungan bandara tergantung fungsinya


















Ditulis oleh Admin   
Kamis, 11 Desember 2008 17:47
Berikut adalah daftar beberapa singkatan yang sering digunakan dalam penerbangan:

 AAL
Above Aerodrome Level
ABN
Abnormal
ACARS
ARINC Communications and Reporting System
ACM 
Air Cycle Machine
ACP
Audio Control Panel
ACT
Additional Center Tank
A/C
Aircraft
AGL
Above Ground Level
AH
Alert Height
AIP
Aeronautical Information Publication
ALS
Approach Landing System
ALT
Altitude
ALTN
Alternate
AMSL
Above Mean Sea Level
AOM
Aerodrome Operating Minima / Aeroplane Operating Matters/Manual
A/P
Auto-Pilot
APU
Auxiliary Power Unit
ASAP
As Soon As Possible
ASR
Air Safety Report
APCH
Approach
ATA
Actual Time of Arrival
ATC
Air Traffic Control
ATD
Actual Time of Departure
AWO
All Weather Operations
AWY
Airway
BC
Back Course
BCM
Back Course Marker
BCN
Beacon
BDRY
Boundary
BKN
Broken
BLDG
Building
CAT
Clear Air Turbulence
CAT 1
Landing Category 1 (2 or 3)
CAT 2
Category 2 All Weather Operations
CAT 3
Category 3 All Weather Operations
CAVOK
Ceiling and Visibility OK
C/B
Circuit Breaker
CL
Centerline Lights
COM
Communications Equipment
CRM
Crew resource Management
CRZ
Cruise
D
Day
DA
Decision altitude
DEST
Destination
Dev
Deviation
DH
Decision Height
DIST
Distance
DME
Distance Measuring Equipment
DOW & I
Dry Operating Weight and Index
E
East
EDP
Electronic Data Processing
ELEV
Elevation
EMER
Emergency
ETA
Estimated Time of Arrival
ETD
Estimated Time of Departure
ETOPS
Extended Twin Operations
ETP
Equi Time Point
EXP
Exit Point (ETOPS)
F
Fahrenheit
FIR
Flight Information Region
FIS
Flight Information Services
FL
Flight Level
FLT
Flight
FMS
Flight Management System
ft
Feet
GA
Go-around
GMT
Greenwich Mean Time
GND
Ground
G/S
Glide Slope
GS
Ground Speed
H
Hour
H24
24 Hour Service
HF
High Frequency (3 to 30 MHz)
HI
High / High Intensity Light
Hg
Mercury
hPa
hecto Pascal
Hrs
Hours
Hz
Hertz (cycles per second)
IAL
Instrument Approach and Landing Chart
IAS
Indicated Air Speed
IATA
International Air Transport Association
ICAO
International Civil Aviation Organisation
IFPS
Integrated Flight Planning System
IFR
Instrument Flight Rules
ILS
Instrument Landing System
IMC
Instrumental Meteorological Conditions
in
inch(es)
ISA
International Standard Atmosphere
ISO
International Standard Organisation
KCAS
Knots Calibrated Airspeed
kg
kilogram
kHz
kilohertz
km
kilometer
kts
knots
L
Light / Left
LCTR
Locator (Compass)
LD
Landing Distance
LDA
Landing Distance Available
LDG
Landing
LLZ
Localizer
LMC
Last Minute Changes
LMT
Local Mean Time
LPC
Less Paper Cockpit
LOC
Localizer
LVP
Low Visibility Procedures
m
meter
MAP
Missed Approach Point
MAX
Maximum
mb
Millibar
MDA/H
Minimum Descent Altitude / Height
MHz
Megahertz
MID
Middle Runway Portion
MLW
Maximum Landing Weight
mm
Millimeter
MNPS
Minimum Navigation Performance Specification
MOCA
Minimum Obstruction Clearance Altitude
MORA
Minimum Off-Route Altitude
MSA
Minimum Safe (or Sector) Altitude
MSL
Mean Sea Level
MTOW
Maximum Take Off Weight
MZFW
Maximum Zero Fuel Weight
N
North
NA
Not Applicable
NAV
Navigation
NE
Northeast
NM
Nautical Miles
NDB
Non Directional Beacon
NOTAM
Notice To Airmen
NW
Northwest
OAT
Outside Air Temperature
OCA (H)
Obstacle Clearance Altitude (Height)
OEW
Operating Empty Weight
OM
Operations Manual / Outer Marker
OPS
Operations
PAN-OPS
Procedures for Air Navigation Services - Aircraft Operations
PAPI
Precision Approach Path Indicator
PAR
Precision Approach Radar
PCN
Pavement Classification Number
PERF
Performance
PFD
Primary Flight Display
PPR
Prior Permission Required
QDM
Magnetic Bearing to facility
QDR
Magnetic Bearing from facility
QFE
Actual atmosphere pressure at airport elevation
QFU
Magnetic Orientation of Runway
QNE
Sea level standard atmosphere (1013 hPa or 29.92’’ Hg)
QNH
Actual atmosphere pressure at sea level based on local station pressure
RA
Radio Altitude / Radio Altimeter / Resolution Advisories
REF
Reference
RFF
Rescue Fire Fighting
RH
Right Hand
RPL
Repetitive Flight Plan
RNP
Required Navigation Performance
ROR
Record of Revision
RPL
Repetitive flight plan
RTO
Rejected Take Off
RTOW
Regulated Take Off Weight
RVR
Runway Visual Range
RVSM
Reduced Vertical separation Minima
RWY
Runway
S
South
SAR
Search and Rescue
SE
Southwest
SID
Standard Instrument Departure
SIGMET
Information concerning en-route weather phenomena, which may affect the safety of aircraft operations
SNOWTAM
Snow Notice to Airmen
SPD
Speed
SRA
Surveillance Radar Approach
SRE
Surveillance Radar Element of Precision Approach Radar System
STAR
Standard Terminal Arrival Route
STD
Standard
SW
Southwest
TA
Traffic Advisories
TAF
Terminal Aerodrome Forecast
TAS
True Air Speed
TAT
Total Air Temperature
TBC
To Be Confirmed
TBD
To Be Determined
TBN
To Be Notified
TCAS
Traffic Collision Alert System (Traffic Collision and Avoidance System)
TDZ
Touch down Zone
TEMP
Temperature
TEMPO
Temporary
T/O
Take-Off
TOC
Top Of Climb
TOD
Top Of Descent
TODA
Take-Off Distance Available
TOGA
Take-Off / Go-Around
TOGW
Take-Off Gross Weight
TORA
Take-Off Run Available
TOW
Take-Off Weight
TWR
Tower
TWY
Taxiway
UHF
Ultra High Frequency (300-3000 mHz)
U/S
Unserviceable
UTC
Co-ordinated Universal Time,sama dengan GMT
VASI
Visual Approach Slope Indicator
VFE
Maximum Speed Flaps / Slats Extended
VFR
Visual Flight Rules
VFTO
Speed Final T/O
VHF
Very High Frequency (30-300 MHz)
VIS
Visibility
VMC
Visual Meteorological Conditions
VOR
VHF Omni-directional Range
V/S
Vertical Speed
W
West
WPT
Way-point
WX
Weather
WXR
Weather Radar
Z
Zulu Time (UTC/GMT)
ZFCG
Zero Fuel Centre of Gravity
ZFW
Zero Fuel Weight


Tidak ada komentar:

Posting Komentar